KabarHijau.com – Proyek kredit karbon semakin mendapat perhatian seiring dengan meningkatnya upaya perusahaan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) tanpa mengorbankan profitabilitas. Selain menjadi solusi lingkungan, proyek ini juga membuka peluang pendapatan baru melalui pasar karbon.
Namun, bagaimana cara kerja proyek kredit karbon? Artikel ini akan membahas berbagai jenis proyek kredit karbon, manfaatnya bagi bisnis, tantangan yang dihadapi, serta tren masa depan yang akan membentuk pasar ini.
5 Jenis Utama Proyek Kredit Karbon
Proyek kredit karbon berfokus pada upaya untuk mengurangi atau menangkap emisi GRK. Berikut adalah lima jenis utama proyek kredit karbon dan cara kerjanya:
1. Reforestasi dan Aforestasi
Reforestasi adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang, sedangkan aforestation adalah penanaman pohon di wilayah yang sebelumnya tidak memiliki hutan. Proyek ini menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer melalui proses fotosintesis, menyimpannya dalam biomassa dan tanah.
Di Asia, terdapat proyek penghijauan yang menggunakan teknologi seed ball dan drone untuk menebar benih di lahan kritis. Proyek semacam ini tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga mendukung keanekaragaman hayati serta memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), hutan menyerap sekitar 2,6 miliar ton CO₂ per tahun, yang setara dengan sepertiga dari total emisi CO₂ yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
2. Proyek Energi Terbarukan
Proyek energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik, menggantikan energi berbasis bahan bakar fosil dan secara signifikan mengurangi emisi CO₂.
Sebagai contoh, Kompleks Tenaga Surya Noor Ouarzazate di Maroko memiliki kapasitas 580 MW dan mengurangi emisi CO₂ sebesar 760.000 ton per tahun. Sementara itu, Ladang Angin Gansu di China, salah satu proyek tenaga angin terbesar di dunia, menghasilkan lebih dari 8 GW listrik, cukup untuk memasok jutaan rumah.
Pada tahun 2024, lebih dari 750 juta kredit karbon sukarela telah diterbitkan oleh lebih dari 1.700 proyek energi terbarukan di seluruh dunia, menunjukkan peran besar sektor ini dalam dekarbonisasi.
3. Penangkapan dan Penghancuran Metana
Metana (CH₄) memiliki potensi pemanasan global 28 kali lebih besar daripada CO₂. Oleh karena itu, proyek yang menangkap dan memanfaatkan metana dari tempat pembuangan sampah, pertanian, dan pengolahan air limbah sangat penting.
Di AS, terdapat lebih dari 500 proyek yang mengubah metana dari tempat pembuangan sampah menjadi energi. Selain itu, perusahaan seperti Zefiro Methane bekerja untuk menutup sumur minyak dan gas yang terbengkalai guna mencegah kebocoran metana.
Inisiatif global seperti Global Methane Pledge menargetkan pengurangan emisi metana sebesar 30% pada tahun 2030, yang dapat mengurangi pemanasan global hingga 0,2°C pada tahun 2050.
4. Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS)
Teknologi CCS menangkap CO₂ dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah untuk mencegah pelepasan ke atmosfer.
Proyek Northern Lights di Norwegia, misalnya, menangkap emisi CO₂ dari sumber industri, mencairkannya, lalu menyimpannya di bawah Laut Utara. Proyek ini menargetkan penyimpanan hingga 5 juta ton CO₂ per tahun.
Hingga tahun 2024, terdapat 50 fasilitas CCS operasional di seluruh dunia yang menangkap sekitar 50 juta ton CO₂ per tahun. Namun, menurut Badan Energi Internasional (IEA), kapasitas CCS perlu meningkat hingga 1,6 miliar ton CO₂ per tahun pada 2030 untuk mencapai target nol emisi bersih pada 2050.
5. Pengelolaan Lahan dan Proyek Berbasis Masyarakat
Proyek ini berfokus pada konservasi lahan dan praktik pertanian berkelanjutan yang mendukung penyerapan karbon dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Salah satu contoh adalah proyek Kasigau Corridor di Kenya yang melindungi lebih dari 200.000 hektar hutan kering, menghasilkan lebih dari 1 juta kredit karbon, serta mendukung pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
Proyek semacam ini menjadi bagian dari inisiatif Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) di bawah PBB, yang bertujuan mengurangi deforestasi sekaligus meningkatkan mata pencaharian masyarakat lokal.
4 Manfaat Proyek Kredit Karbon bagi Bisnis
- Mengurangi Jejak Karbon
Perusahaan dapat menggunakan kredit karbon untuk mengimbangi emisi mereka dan berkontribusi terhadap target global pengurangan emisi sebesar 45% pada tahun 2030. - Sumber Pendapatan Baru
Pasar kredit karbon telah menjadi sektor bernilai miliaran dolar. Pada 2024, nilai kredit karbon global mencapai $1,4 miliar, dengan proyeksi pasar sukarela mencapai $100 miliar pada 2030. - Meningkatkan Reputasi Perusahaan
Survei IBM tahun 2023 menunjukkan bahwa 70% konsumen bersedia membayar lebih untuk produk dari merek yang berkelanjutan. - Mendukung Kepatuhan Regulasi
Dengan adanya kebijakan seperti Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon Uni Eropa (CBAM) yang berlaku penuh pada 2026, perusahaan harus mengurangi emisi atau membayar pajak karbon atas produk impor yang tidak ramah lingkungan.
Tantangan dalam Mengelola Proyek Kredit Karbon
- Validasi dan Pemantauan – Proyek harus diaudit secara ketat untuk menghindari klaim kredit karbon palsu.
- Menghindari Penghitungan Ganda – Sistem pelacakan yang transparan diperlukan agar kredit karbon tidak diklaim lebih dari sekali.
- Fluktuasi Harga Pasar – Harga kredit karbon dapat berubah-ubah, sehingga perencanaan keuangan harus fleksibel.
- Standar Regulasi yang Ketat – Proyek harus mematuhi peraturan yang terus berkembang, termasuk keputusan COP29 terkait Pasal 6 Perjanjian Paris.
- Pendanaan Jangka Panjang – Meskipun minat investor meningkat, proyek harus menunjukkan dampak nyata agar tetap menarik bagi pendanaan.
Tren Masa Depan Pasar Kredit Karbon
- Inovasi Teknologi CCS
Teknologi Direct Air Capture (DAC) yang mampu menangkap CO₂ langsung dari atmosfer semakin berkembang, dengan proyeksi pasar mencapai $7,3 miliar pada 2030. - Ekspansi Pasar Perdagangan Karbon
Dengan munculnya lebih dari 60 platform perdagangan karbon global, termasuk IDX Carbon di Indonesia, semakin banyak negara yang berpartisipasi dalam pasar kredit karbon. - Fokus pada Kredibilitas Kredit Karbon
Dewan Integritas Pasar Karbon Sukarela (Integrity Council for the Voluntary Carbon Market – ICVCM) sedang mengembangkan standar baru untuk memastikan bahwa proyek kredit karbon benar-benar berdampak.
Kesimpulan
Proyek kredit karbon tidak hanya membantu mengurangi emisi tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi bisnis dan masyarakat. Dengan meningkatnya permintaan dan regulasi yang semakin ketat, perusahaan yang terlibat dalam proyek ini lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim sambil tetap menghasilkan keuntungan.
Apakah bisnis Anda siap untuk bergabung dalam inisiatif kredit karbon?
