Perubahan Iklim

Bekas Ladang Minyak di Laut Utara Disiapkan Jadi “Brankas” Karbon Eropa

54
×

Bekas Ladang Minyak di Laut Utara Disiapkan Jadi “Brankas” Karbon Eropa

Sebarkan artikel ini
Kapal dan infrastruktur industri di pelabuhan
Lokasi pembangunan terminal karbon dioksida Greensand di Pelabuhan Esbjerg, Denmark, yang diperkirakan akan selesai pada musim semi 2026. Teknologi CCS merupakan salah satu alat yang disetujui oleh Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC) dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk menekan pemanasan global, namun teknologi ini tergolong kompleks dan berbiaya tinggi. | AFP-JIJI

Esbjerg, KabarHijau.com – Di Laut Utara, kawasan yang selama puluhan tahun menjadi pusat pengeboran minyak Denmark, babak baru tengah dimulai. Karbon dioksida dari berbagai negara Eropa akan segera dikubur di bawah dasar laut melalui proyek penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) yang kini mendekati tahap operasional.

Proyek bernama Greensand ini dipimpin oleh raksasa kimia asal Inggris, Ineos. Lokasinya berada sekitar 170 kilometer dari pantai Denmark, memanfaatkan reservoir minyak yang sudah kosong di bawah sebuah anjungan tua di Laut Utara.

Teknologi CCS sendiri diakui oleh Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC) dan Badan Energi Internasional (IEA) sebagai salah satu alat untuk menekan pemanasan global, terutama bagi sektor-sektor berat seperti semen dan baja yang sulit mengurangi emisi. Namun, teknologi ini dikenal mahal dan rumit.

Pada fase awal yang dijadwalkan mulai dalam beberapa bulan ke depan, Greensand menargetkan penyimpanan sekitar 400.000 ton karbon dioksida per tahun. Jumlah ini direncanakan meningkat secara bertahap.

“Ini peluang yang sangat baik untuk membalik prosesnya. Dulu kita mengekstraksi minyak, sekarang kita justru menyuntikkan CO₂ ke dalam tanah,” kata Mads Gade, kepala operasi Eropa Ineos.

Karbon dioksida cair tersebut sebagian besar akan berasal dari pembangkit listrik biomassa di Eropa. CO₂ akan dikirim melalui Pelabuhan Esbjerg di barat daya Denmark menuju platform Nini, lalu diinjeksi ke dalam reservoir minyak yang telah habis.

Menurut Ann Helen Hansen, koordinator CCS di Direktorat Lepas Pantai Norwegia (Sodir), Laut Utara dipandang ideal sebagai lokasi penyimpanan karbon karena basis datanya sangat kuat. “Lebih dari 50 tahun produksi minyak dan gas memberi kita data geologi yang sangat lengkap,” ujarnya.

Wilayah ini memang dipenuhi ladang minyak dan gas yang sudah menua, serta cekungan batuan dalam yang berpotensi menjadi tempat penyimpanan karbon. Sodir memperkirakan kapasitas penyimpanan geologi di wilayah Norwegia saja secara teoritis mencapai sekitar 70 gigaton CO₂. Di sisi Inggris, pemerintah menyebut angkanya sekitar 78 gigaton.

Untuk Denmark, data nasional belum sepenuhnya tersedia. Namun proyek Bifrost yang dipimpin TotalEnergies memperkirakan kapasitas penyimpanan bisa mencapai 335 juta ton CO₂. Sebagai perbandingan, total emisi gas rumah kaca Uni Eropa tahun lalu sekitar 3,2 gigaton.

Di Pelabuhan Esbjerg sendiri, fasilitas terminal Greensand tengah dibangun. Kontainer-kontainer penyimpanan CO₂ cair direncanakan siap pada musim semi 2026. Dalam kerangka Net-Zero Industry Act (NZIA), Uni Eropa menargetkan kapasitas penyimpanan karbon minimal 50 juta ton per tahun pada 2030. Greensand menargetkan peningkatan kapasitas injeksi hingga 8 juta ton per tahun pada dekade yang sama.

Denmark bukan satu-satunya. Di Norwegia, proyek Northern Lights, layanan komersial pertama di dunia untuk transportasi dan penyimpanan CO₂, telah melakukan injeksi perdana pada Agustus lalu ke akuifer sekitar 110 kilometer dari pantai Bergen. Proyek milik Equinor, Shell, dan TotalEnergies ini berencana meningkatkan kapasitas tahunan dari 1,5 juta menjadi 5 juta ton CO₂ sebelum akhir dekade.

Sementara itu di Inggris, pemerintah baru saja membuka tender kedua setelah sebelumnya memberikan 21 izin penyimpanan pada 2023. Injeksi karbon pertama diperkirakan akan dilakukan dalam beberapa tahun ke depan.

Namun, tantangan besar masih membayangi. Hingga kini, minat pelanggan industri masih rendah. Biaya penangkapan, transportasi, dan penyimpanan karbon jauh lebih mahal dibanding membeli izin emisi di pasar karbon, terlebih jika penyimpanannya dilakukan di lepas pantai.

“Penyimpanan lepas pantai kemungkinan memang lebih mahal dibanding di darat, tetapi biasanya mendapat penerimaan publik yang lebih baik,” kata Hansen.

Faktanya, konsorsium Northern Lights baru menandatangani tiga kontrak komersial dengan perusahaan Eropa. Proyek ini pun disebut tidak akan berjalan tanpa dukungan finansial besar dari negara Norwegia.

Kelompok lingkungan tetap bersikap kritis. Friends of the Earth Norwegia menilai CCS kerap dijadikan alasan untuk menunda keluar dari era bahan bakar fosil.

“Gagasan bahwa kawasan yang bertanggung jawab atas masalah kini bisa menjadi bagian dari solusi memang terdengar menarik,” kata pimpinan organisasi tersebut, Truls Gulowsen. “Tapi kenyataannya, produksi fosil dan emisi dari Laut Utara masih jauh lebih besar dibandingkan CO₂ yang bisa kita kembalikan ke sana lewat CCS.”

Proyek-proyek seperti Greensand menunjukkan arah baru transisi energi Eropa, tetapi juga menegaskan bahwa teknologi saja tidak cukup tanpa perubahan besar pada sistem energi dan konsumsi fosil itu sendiri.