KabarHijau.com – Sebuah terobosan baru dalam pembiayaan berkelanjutan tercatat di sektor keuangan global. Perusahaan asuransi jiwa asal Jepang, Dai-ichi Life Insurance, menjadi investor utama dalam penerbitan obligasi korporasi pertama di dunia yang secara khusus didedikasikan untuk proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS).
Dai-ichi Life menginvestasikan sekitar ¥4,7 miliar atau setara US$30 juta dalam obligasi yang diterbitkan oleh Port of Rotterdam Authority, operator pelabuhan terbesar di Eropa. Keunikan obligasi ini terletak pada skema penggunaannya, di mana seluruh dana hasil penerbitan dikunci dan hanya boleh digunakan untuk proyek CCS.
Dalam penerbitan tersebut, Dai-ichi Life menjadi investor terbesar dan bekerja sama dengan HSBC serta otoritas Pelabuhan Rotterdam dalam merancang struktur pembiayaan. HSBC bertindak sebagai Sustainability Structurer sekaligus Joint Placement Agent, memastikan kerangka penggunaan dana sepenuhnya dialokasikan untuk aktivitas CCS.
Chief Financial Officer Port of Rotterdam Authority, Vivienne de Leeuw, menyatakan bahwa investasi ini akan langsung mendukung upaya dekarbonisasi sektor industri.
“Banyak investasi kami berkontribusi langsung pada penurunan emisi CO₂, termasuk pembangunan infrastruktur pipa CO₂ untuk proyek Porthos. Kolaborasi dengan Dai-ichi Life memungkinkan kami merealisasikan proyek-proyek dekarbonisasi dan membangun pelabuhan yang siap menghadapi masa depan,” ujarnya.
Menurut para pihak yang terlibat, skema use-of-proceeds ini menandai pertama kalinya obligasi korporasi diterbitkan dengan pendanaan yang sepenuhnya ditujukan untuk CCS. Langkah tersebut mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap instrumen transisi iklim yang lebih terfokus, sekaligus membuka model pembiayaan baru bagi infrastruktur penurunan emisi.
Dana obligasi ini akan digunakan untuk mendukung Porthos, sistem bersama transportasi dan penyimpanan CO₂ lepas pantai yang melayani klaster industri Rotterdam. Proyek ini dirancang untuk mengumpulkan emisi dari kilang minyak, pabrik kimia, serta fasilitas hidrogen biru, kemudian menyalurkannya melalui jaringan pipa menuju ladang gas tua di bawah Laut Utara untuk disimpan secara permanen.
Saat beroperasi penuh, Porthos ditargetkan mampu menyimpan sekitar 2,5 juta ton CO₂ per tahun selama 15 tahun, dengan potensi ekspansi seiring masuknya proyek-proyek industri baru.
Para pembuat kebijakan Eropa menilai CCS sebagai teknologi krusial bagi sektor-sektor yang sulit menurunkan emisi secara langsung. Uni Eropa sendiri telah menetapkan target penyimpanan 50 juta ton CO₂ per tahun pada 2030, dengan Rotterdam diposisikan sebagai salah satu pusat utama infrastruktur tersebut.
Sementara itu di Jepang, minat terhadap CCS juga terus meningkat. Keterbatasan lokasi penyimpanan domestik mendorong perusahaan dan investor Jepang melirik proyek lintas negara, termasuk transportasi CO₂ berbasis kapal dan kemitraan penyimpanan regional. Modal institusional, khususnya dari perusahaan asuransi, kini dipandang sebagai kunci untuk mempercepat pengembangan CCS dan mencapai target net-zero jangka panjang.








