KabarHijau.com – Pemanasan global yang tak terhentikan akan menyebabkan lebih banyak wilayah di planet ini menjadi tak layak huni akibat suhu yang terlalu panas bagi tubuh manusia dalam beberapa dekade mendatang.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Reviews Earth and Environment mengungkap bahwa luas daratan yang akan menjadi terlalu panas bagi manusia muda dan sehat (berusia 18 hingga 60 tahun) untuk mempertahankan suhu inti tubuh yang aman akan meningkat hampir tiga kali lipat, mencapai hingga 6% dari total daratan Bumi. Ini setara dengan luas Amerika Serikat jika pemanasan global mencapai 2°C di atas tingkat pra-industri.
Di bawah kondisi ini, para peneliti juga memperingatkan bahwa luas wilayah yang membahayakan bagi lansia (di atas 60 tahun) akan meningkat menjadi hampir 35%.
Masa Depan yang Tidak Pasti dan Zona Tak Layak Huni
Tahun 2024 menjadi tahun pertama dalam sejarah dengan suhu rata-rata global melebihi 1,5°C di atas tingkat pra-industri. Dengan laju pemanasan saat ini, kita bisa mencapai 2°C pada pertengahan atau akhir abad ini.
Dr. Tom Matthews, penulis utama studi dan profesor Geografi Lingkungan di King’s College London, menyoroti dalam pernyataannya:
“Temuan kami menunjukkan konsekuensi yang berpotensi mematikan jika pemanasan global mencapai 2°C.”
Ia juga menambahkan bahwa batas panas ekstrem yang sebelumnya hanya dialami oleh lansia di daerah terpanas dunia, kini juga berpotensi terjadi pada orang dewasa muda.
“Dalam kondisi ini, paparan luar ruangan yang berkepanjangan, bahkan di tempat teduh, terkena angin kencang, dan dalam keadaan terhidrasi dengan baik, tetap akan menyebabkan serangan panas yang fatal. Ini adalah perubahan drastis dalam risiko kematian akibat panas.”
Tim peneliti mengumpulkan berbagai temuan ilmiah untuk menghubungkan ilmu iklim fisik dengan risiko kematian akibat panas, termasuk melewati ambang batas uncompensable dan unsurpassable.
Para ilmuwan membedakan antara ambang batas uncompensable, di mana suhu inti tubuh manusia meningkat tak terkendali, dan ambang batas unsurpassable, di mana suhu inti tubuh mencapai 42°C dalam waktu enam jam.
Perspektif Masa Depan
Antara tahun 1994 hingga 2023, toleransi tubuh manusia terhadap panas—kombinasi suhu dan kelembapan yang melebihi kemampuan tubuh untuk beradaptasi—telah terlampaui di sekitar 2% daratan dunia bagi orang dewasa di bawah 60 tahun. Sementara itu, lebih dari 20% daratan telah melampaui ambang batas ini bagi lansia yang lebih rentan terhadap stres panas.
Meskipun ambang batas uncompensable telah terlampaui untuk semua kelompok usia, ambang batas unsurpassable sejauh ini hanya sesekali terlampaui oleh lansia.
Namun, jika pemanasan global naik hingga 4 hingga 5°C di atas tingkat pra-industri, lansia bisa mengalami panas yang tak tertahankan di sekitar 60% daratan dunia saat terjadi peristiwa ekstrem.
Pada tingkat pemanasan tersebut, panas yang tak tertahankan juga mulai mengancam orang dewasa muda di wilayah subtropis terpanas. Beberapa daerah yang paling berisiko melewati ambang batas kritis uncompensable dan unsurpassable adalah Afrika Sahara dan Asia Selatan.
Dr. Matthews menekankan pentingnya memahami dampak peristiwa panas ekstrem di masa depan untuk memperkirakan biaya yang harus ditanggung jika perubahan iklim tidak dikendalikan.
“Analisis kami menunjukkan bahwa pada tingkat pemanasan yang lebih tinggi, seperti 4°C di atas tingkat pra-industri, dampak panas ekstrem terhadap kesehatan bisa sangat parah.”
Jika pemanasan mencapai 4°C, panas yang tak terkompensasi bagi orang dewasa akan membuat sekitar 40% daratan dunia menjadi tak layak huni, dengan hanya wilayah lintang tinggi dan daerah paling dingin di lintang menengah yang masih aman.
“Kerja sama lintas disiplin sangat penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang potensi mematikan dari panas ekstrem dan cara menguranginya. Saat semakin banyak wilayah di Bumi mengalami kondisi luar ruangan yang terlalu panas bagi fisiologi manusia, akses yang andal ke lingkungan yang lebih sejuk menjadi sangat penting untuk melindungi diri dari panas,” pungkasnya.
