Jakarta, KabarHijau.com – Harga batu bara dunia masih menunjukkan tren pelemahan dalam sepekan terakhir, melanjutkan tren negatif yang terjadi sepanjang tahun 2024. Hal ini terjadi di tengah ramalan meningkatnya permintaan batu bara pada tahun 2025. Berdasarkan data Barchart, pada perdagangan Jumat (3/1/2024), harga batu bara dunia tercatat turun 2,02% menjadi US$124 per ton, dari posisi sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara mengalami penurunan sebesar 0,80%, sedangkan sepanjang tahun 2024 harga komoditas ini merosot hingga 7,27%.
Salah satu faktor utama yang memperpanjang tren pelemahan harga batu bara adalah meningkatnya kekhawatiran terhadap dominasi energi terbarukan, khususnya di China. Negara tersebut kini tengah gencar memperluas infrastruktur energi surya, angin, serta pengembangan tenaga nuklir.
Meski demikian, permintaan batu bara global diperkirakan tetap stabil pada 2025. Peningkatan kebutuhan listrik di negara-negara dengan ekonomi utama kemungkinan akan mengimbangi ekspansi pesat energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, demikian menurut laporan terbaru Badan Energi Internasional (IEA).
Pada 2023, penggunaan batu bara global meningkat sebesar 2,6%, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 8,70 miliar ton. Lonjakan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kuat di China dan India, yang merupakan dua konsumen terbesar batu bara secara global, menurut laporan Pembaruan Tengah Tahun Batu Bara dari IEA pada Juli 2024.
Meskipun sektor listrik dan industri menjadi pendorong utama permintaan, IEA mencatat bahwa batu bara banyak digunakan untuk menutupi kesenjangan yang disebabkan oleh rendahnya produksi tenaga air dan kebutuhan listrik yang meningkat secara signifikan.
Proyeksi di 2025
IEA memperkirakan bahwa permintaan batu bara global akan meningkat secara marginal sebesar 0,4% pada 2025, mencapai sekitar 8,74 miliar ton. Proyeksi ini bertentangan dengan prediksi sebelumnya yang menyatakan akan terjadi penurunan moderat pada tahun 2024 dan setelahnya.
Keisuke Sadamori, Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA, mengatakan bahwa perkembangan energi surya dan angin yang berkelanjutan, serta pemulihan tenaga air di China, memberikan tekanan signifikan terhadap konsumsi batu bara. Namun, permintaan listrik yang pesat di beberapa negara tetap menjadi faktor penopang utama.
“Tanpa pertumbuhan permintaan listrik yang cepat, kita akan melihat penurunan penggunaan batu bara secara global tahun ini. Namun, tren struktural yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa permintaan batu bara global diperkirakan akan mencapai titik puncaknya dan mulai menurun dalam waktu dekat,” kata Sadamori.
Dengan demikian, meskipun tren pelemahan harga terus berlanjut, dinamika pasar batu bara masih dipengaruhi oleh keseimbangan antara ekspansi energi terbarukan dan kebutuhan listrik global yang terus meningkat.
